Selasa, 01 Februari 2011

Aku Pernah Mengidap Syndrome Autism

Jika mendengar kata “internet” aku jadi teringat suatu kejadian, kejadian yang mungkin pernah dialami oleh orang lain yang juga “ketagihan” internet. Kejadiannya begini,

(dongeng mode : ON hehe…)
Hari itu hari minggu, jam dindingku sudah menunjukkan pukul lima lewat lima menit, aku bangun langsung meluncur ke dapur minum air putih dua gelas, cuci muka, wudhu lalu menunaikan kewajibanku sebagai muslimah yaitu sholat subuh. Selesai sholat, aku langsung menyalakan laptop, colok modem dan meluncur ke dunia lain eh…maksudnya dunia maya (hehe…). Hal pertama yang kucek tentunya adalah facebook dan twitter. Tidak tahu kenapa jari-jariku seperti sudah diatur otomatis mengetik alamat jejaring sosial itu.“Ada tidak ya yang mengomentari statusku kemarin malam?”  ternyata ada. Ada dua orang yang memberi komentar di status facebookku, “harus kubalas komentar mereka supaya tambah ramai,huhuy….”. Selesai balas komentar dan konfirmasi pertemanan aku lanjut cek email. Lihat topik baru di milis, “hari ini ada info baru apa lagi yah?” hmm….ternyata ada undangan ngopi darat dari teman-teman, tapi acaranya masih seminggu lagi, masih lama kayaknya. Ikut kasih masukan juga ah untuk waktu dan tempatnya, “teman-teman bagaimana kalau tempatnya di warkop ogie saja, hari sabtu malam setelah sholat magrib, kira-kira jam 7 malam, suasana disitu enak dan pastinya murah meriah hehe…”. Semoga saranku diterima soalnya warkop itu tidak jauh dari rumahku (mau hemat ongkos trasportasi J). Sudah kebiasaanku juga setiap hari untuk selalu update berita-berita terbaru, soalnya aku malas nonton televisi, terlalu banyak iklannya, lebih baik lihat berita di internet saja, kan banyak website portal informasi yang bertebaran di internet. “semoga hari ini beritanya ada yang lebih heboh daripada beritanya gayus…”, sebenarnya berita gayus itu sangat penting karena berkaitan dengan uang rakyat namun karena kurangnya aksi dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan ini jadi terus saja berputar-putar, more comment but no action hufth… (sok jadi pakar gak apa apa kan?hehe…), setelah baca-baca beberapa artikel berita tidak ada yang terlalu menarik kecuali berita tentang adanya jejak ufo di Magelang, aku jadi bertanya-tanya sendiri “Apa ufo mau menggeser posisi manusia di bumi???” oh…tidak bisa…, coba saja kalau berani nanti akan terjadi perang antara manusia dengan ufo hehe…(imajinasi tingkat tinggi J). Daripada menghayalkan ufo lebih baik aku lanjut lagi menjelajahi internet. Mau cek harga gadget terbaru di Bhinneka.com siapa tahu ada yang lagi diskon atau paling tidak lihat produk yang paling update, hitung-hitung hiburan, window shopping gitu hehe… Lama bergeliut depan laptop, tidak terasa jam di dinding di kamarku sudah menunjukkan jam sebelas lewat empat puluh lima menit. Wow…sudah hampir di ujung siang dan aku masih belum apa-apa. Belum mandi, belum beres-beres kamar, belum sarapan, pantas saja dari tadi perasaanku tidak enak, kayak ada yang kurang, ternyata yang kurang adalah kurang makanan hahahaha…jadi kutinggalkan laptopku ku dalam posisi stand by untuk mengecek kondisi dapur, “nenek hari ini masak apa yach??” tanyaku sambil menuju meja makan. Baru mau cek meja makan tiba-tiba saja nenekku menepuk bahuku dari belakang “siapa yang suruh kamu keluar kamar? Di dalam saja terus! Tidak usah makan, tidak usah bantu nenek masak, membersihkan, kalau sudah lihat laptop kamu kan sudah kenyang!!!”. Betapa kagetnya diriku saudara-saudara soalnya perasaan tadi di belakangku tidak ada siapa-siapa, “nenek turun dari mana ya?kok bisa langsung ada di belakangku?” batinku dalam hati. Aku menjawab sambil pasang muka kelaparan “maaf nek, saya kira masih jam delapan jadi kupikir…..” belum selesai pembelaanku nenek langsung berkata “makanya atur waktu dong, kalau pagi ya kerja dulu, bersihkan kamar, masak baru buka laptop. Kamu itu memang kalau sudah di depan laptop sudah kayak orang autis! sudah tidak peduli dengan sekeliling”. Aku yang masih ada di depannya sambil terus pasang muka kelaparan hanya mengiyakan saja kata-kata nenek.

Terkena Syndrome Autism


Dari kejadian itu aku mulai berpikir, internet betul-betul bisa membuatku menjadi anak autis  seperti kata nenek. Tidak peduli dengan keadaan sekitar bahkan dengan kondisi perut pun bisa lupa. Wah…gawat!!! Dan ternyata bukan diriku saja yang mengalaminya, ada banyak orang yang juga terkena syndrome autism ini (penyakit karanganku sendiri hehe…). Syndrome autism menyebabkan kita menjadi maniak internet (what???maniak???....). Seperti halnya penyakit pada umumnya, penyakit ini juga memiliki gejala antara lain, lebih banyak menghabiskan waktu di depan pc atau selalu mengecek blackberry, iphone atau smartphonenya, jika diajak bicara hanya mendengarkan saja tanpa memberi komentar atau paling bilang iya iya saja sambil terus menatap monitor, sering nongkrong di warnet atau di warkop (apalagi kalau warnet punya teman, nginap lebih bagus lagi hehe…), malas beranjak dari tempat duduk sambil pasang headset yang artinya = maaf sedang dalam konsentrasi tingkat tinggi jadi mohon jangan diganggu J. Kurang lebih begitulah gejalanya, tapi tidak perlu khawatir karena penyakit ini tidak menular dan bisa disembuhkan.

Penyebab Syndrome Autism ini…

Aku masih berusaha mencari penyebab timbulnya penyakit syndrome autizm ini. Dan dari proses berpikir yang panjang (serius mode :ON) aku pun mencoba menarik beberapa kesimpulan mengenai pemicu penyakit ini. Kesimpulan pertama adalah karena internet menyediakan konten dan fasilits yang beragam dan uptodate sehingga kita tidak pernah merasa bosan untuk menggunakannya, bahkan membuat rasa ingin tahu semakin besar. Contohnya saja saat facebook pertama kali eksis dan mulai diminati semua orang tidak lama kemudian trend twitter masuk, tidak ketinggalan juga plurk dan yahoo koprol menyebar dengan cepat. Ini baru berbicara tentang jejaring sosial saja, belum memnyentuh aspek lain seperti hiburan, teknologi, games, kuliner, bisnis dan masih banyak lagi. Kesimpulan kedua adalah adanya interaksi. Interaksi inilah yang paling menarik dan menjadikan kita betah berjam-jam fokus dengan internet. Wujud dari interaksi ini bisa dari mana saja, bisa dari jejaring sosial atau milis dalam bentuk pertemanan, dari penjual dan pembeli dalam bentuk customer management atau marketing management, dari penulis dan pembaca dalam bentuk tanya jawab dan banyak lagi interaksi yang lain. Uniknya lagi interaksi dalam dunia maya tidak terbatas oleh jarak dan waktu. Kapan pun orang boleh membalas email Anda walaupun sudah jam 12 malam sekalipun. Hal inilah yang banyak diminati orang sehingga tanpa sadar kita senang menjadi penduduk dunia maya. Secara otomatis gaya hidup pun berubah menjadi internet oriented. Belajar lewat internet, bisnis lewat internet, belanja lewat internet, bahkan cari jodoh pun di internet hehe…

Kata Kuncinya Adalah Bijaksana


Tidak disangkal lagi bahwa manusia tidak bisa lepas dari internet, itu merupakan hal yang wajar karena memang internet menyediakan seluruh informasi yang dibutuhkan manusia. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bijaksana mengatur waktu dalam membagi peran kita di dunia maya dan di dunia nyata. Bagaimanapun juga kita lahir di dunia nyata bukan di dunia maya kecuali dunia maya sudah memiliki rumah sakit bersalin hahahaha…(bercanda mode : ON). Selain itu kita juga harus pandai menyaring informasi yang didapatkan dari dunia maya, karena tidak semua informasi baik untuk kita serap. Informasi yang baik adalah informasi yang memiliki arti positif dan bermakna bagi diri sendiri dan tentunya berguna untuk orang lain. Jadi sebagai sesama pengguna internet aku hanya mau mengingatkan untuk bijaksana dalam mengatur waktu dan bijaksana memilih informasi J. GO INTERNET GUYS!!!

Tulisan ini ikut berpartisipasi pada kontes bolg Bhinneka.com

3 komentar:

  1. sebenarx disini sy cuma meminjam kata "autism" untuk mewakilkan makna "memiliki dunia sendiri n tdk bersosialisasi dgn org lain", gi2 bro...hehe...

    BalasHapus
  2. huoo. qurata makin rajin nulis.. :)

    BalasHapus
  3. ya gitulah nate....
    salah satu ambisi dadakan mau jd penulis :-)

    BalasHapus